Surat Hibah Raja Haji Ahmad Tabib [24 Rabi’ulawal 1356 Hijriah]

Digital images of a letter granting a house with the household goods and the land with coconut and jambu trees on it to garnddaughter Raja Zaharah binti Raja Muhammad Thahir a woman called Sulung by Raja Haji Ahmad ibni al-marhum Raja Hasan al-Haji. Watermark: Nederlandsch Indie.

Notes: Written on double folio, stamped paper worth 1 ½ G, with the embossed hexagonal stamp in the left-hand top corner. Writing on one side only in black ink. The grantor’s and witness’s signatures in blue ink; the receiving party put her thumb print. Lines drawn in pencil for the writing, waterstained in the left-hand margin. Raja H. Achmad Tabib is a grandson of Raja Ali Haji through his son Raja Hasan. He is known as doctor of the sultan and the author of some poems and a document about medicines.

Transliteration: Termaktub di dalam negeri Riau Pulau Penyengat di Kampung Baru pada hari bulan Rabi’ul-awal siang Khamis sannah 1356. Bersamaan dengan bulan orang putih 3 hari bulan Juni 1937. Maka dewasa itulah kita Raja Haji Ahmad ibni al-marhum Raja Hasan al-Haji. Maka pada hari bulan yang tersebut di atas itu yang kita telah menghibahkan rumah kita serta dengan segala alat perkakas rumah yaitu kursi , meja kaf-ra-ba-wau-hamzah, almari dan barang yang terpakai kepada rumah, jam besar dan kecil, dan ranjang kecil, dan tikar bantal, dan hambal, dan pokok yang ada di atas tanah di tepi bukit yaitu pokok nyiur dan pokok jambu. Demikian juga pokok nyiur yang ada berdekat dengan rumah sekolah dan kebun nyiur yang di Pangkil Tanjung Keramat yang beli kepada ‘Abd-al-Samad ibni Sulaiman. Maka sekaliannya telah kita hibahkan kepada xxx binti Sulung beserta dengan cucu kita yang bernama Raja Zaharah binti Raja Muhammad Thahir. Dikecualikan barang pakaian kita dan peti2 kita itu. Maka kita sendiri barang suatu yang kita beli dibelakang daripada hibah ini maka itu maka kita sendiri jua. Adapun kita memperbuat surat ini ya’ni surat hibah ini yang kita di dalam sehat dan ‘afiat dan sempurna ‘akal budi bicara yang difikir syah pada jalan syari’at Muhammadiyah. Daripada syah dengan nyatanya adalah tanda tangan kita di hadapan dua orang saksi yaitu imam Haji Sulaiman dan Penghulu Kampung Raja Muhammad Saleh adanya.